Rabu, 01 Oktober 2014

Dimana Ada Padi, Disitu Ada Banjar


Mengunjungi Bagan Serai, Bertemu Kulaan Banjar di Malaysia 

Nuansa Banjar di Bagan Serai tidak hanya terlihat dari nama-nama jalan dan daerah yang mirip dengan di banua.  Bahasa Banjar pun masih menjadi bahasa ibu mereka, gaya berpakaian dan tradisi mawarung, masih mudah ditemui di sini.

Budian Noor, Malaysia

Setelah sempat beristirahat sebentar di rumah Haji Jamaludin bin Asaari, ia mengajak Radar Banjarmasin untuk melihat suasana di sekitar Bagan Serai.  Jumat (30/12), saat itu, waktu baru saja lepas asar.  Diperjalanan kami berpapasan dengan serombongan pria bersarung dengan memakai baju koko. 
“Nah, kabalujuran (kebetulan) kita ke tahlilan aja, melihat bagaimana orang selamatan di sini, apakah sama dengan di Banjar,” ujarnya.
 Ia pun dengan cekatan memutar balik mobil sedan protonnya, wartawan koran ini diajak untuk menghadiri tahlilan almarhum Mad Jainudin bin Awang yang juga keturunan Banjar.  Wartawan koran ini pun diperkenalkan sebagai tamu dari Banjar kepada tuan rumah, Hasanuddin bin Husin.  Hasanuddin pun memperkenalkan keluarga besarnya, diantaranya Abdurrahman Auf, pebisnis emas yang juga berkantor di Jakarta.
“Inya ini urang Banjar jua, baru datang dari Jakarta,” ujar Hasanuddin.
Jamaluddin pun menjelaskan, sesama warga Banjar di Malaysia memang sangat akrab dan selalu menjaga silaturahmi.  Diantaranya melalui majelis tahlilan seperti ini.  Prosesi tahlilan di Malaysia pun tidak berbeda dengan di banua.  Dimulai dengan pembacaan yasin dan tahlil, diakhiri dengan doa.
Sedikit berbeda adalah cara penyajian hidangan.  Di Malaysia hidangan ditata dalam nampan, disitu ada sepiring jubung (penuh) nasi samin, ayam masak habang, udang, nanas bumbu kare dan oseng sayur dan ada tiga piring kosong.  Satu nampan tersebut dihadapi empat orang.
 Usai acara tahlilan, wartawan koran ini pun sempat berbincang dengan beberapa tokoh tua yang menjadi generasi kedua dan ketiga orang Banjar di Bagan Serai.  Diantaranya adalah H Kasim (75), ayahnya lahir di Alabio (HSU), H Sulaiman bin Zarmil (75) dan H Yusuf bin H Omar (75), keduanya adalah cucu dari orang Banjar yang datang dari Kelua (Tabalong).

Menurut H Kasim, urang Banjar yang ada di Bagan Serai adalah keturunan orang Banjar yang datang ke Malaysia karena alasan bisnis. 
“Mereka datang dengan kapal dagang, membawa karet ke Singapura, baru setelah itu dengan perahu menyusuri sungai dari muara ke arah hulu, lalu membuka bandang (persawahan, Red),” ujarnya.
Dari dulu ujarnya, orang Banjar memang dikenal pekerja keras.  Mereka membuka kawasan baru untuk persawahan, sehingga akhirnya menjadi kota yang ramai.  Saking akrabnya orang Banjar di Malaysia dengan padi, sampai ada istilah, dimana ada orang padi, disitu ada Banjar.  Dimana ada bamban –sejenis tumbuhan rawa yang dijadikan bahan anyaman- disitu ada Banjar.  (bin)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar